Trafo Arus Untuk Pengukuran atau metering current transformer.

Sebagaimana dibahas pada materi sebelumnya tentang prinsip kerja trafo arus, hasil transformasi dari arus yang mengalir di sisi primer tidak seluruhnya tertransformasi dengan baik di sisi sekunder.

Dibutuhkan arus eksitasi untuk bisa mentransformasikan arus primer menjadi arus sekunder. Arus eksitasi tersebut akan menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran. Penyimpangan tersebut biasa dikenal dengan istilah kesalahan transformasi atau kesalahan perbandingan (ratio error) dan juga pergeseran sudut atau fasa yang dikenal dengan istilah phase displacement error.

Terdapat beberapa standar internasional yang mendefinisikan batasan-batasan maksimal dari kesalahan transformasi yang harus dipenuhi oleh trafo arus. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas standar internasional yang paling banyak digunakan di Indonesia, yaitu standar IEC60044-2. Standar ini banyak digunakan oleh trafo arus yang digunakan oleh PT PLN. Standard terbaru dari IEC60044-2 adalah IEC61869-2

Batas Kesalahan Trafo Arus Untuk Pengukuran.

Standar IEC61869-2 yang mengatur tentang batasan kesalahan sebuah trafo arus ditunjukan pada tabel dibawah ini.

 

Tabel1 dibawah ini adalah batas kesalahan tertinggi yang diperbolehkan oleh trafo arus untuk keperluan pengukuran atau billing.

Tabel 1. Batas Kesalahan dan Pergeseran Fasa trafo arus untuk pengukuran.

Penjelasan singkat:

  • Kelas 0.1 –> biasa digunakan untuk keperluan laboratori atau penelitian yang membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
  • Kelas 0.2 dan 0.5 –> biasa digunakan untuk keperluan meter pelanggan atau billing.
  • Kelas 1 dan 3 –> biasa digunakan untuk keperluan industri.

Terdapat kelas spesial atau khusus yang mempunyai batasan jangkauan ketelitian yang lebih lebar seperti ditunjukan pada tabel2 dibawah ini.

Tabel2. Batas Kesalahan dan pergeseran Fasa untuk aplikasi khusus (Special Class, 0.2S dan 0.5S).

Untuk keperluan yang lebih umum dan tidak diperlukannya tingkat ketelitian yang tinggi serta tidak diperhatikannya faktor pergeseran sudut atau phease displacement error, maka disediakan kelas akurasi sesuai tabel3 dibawah ini.

tabel2_kelas35

Catatan:

  • Tabel diatas berlaku untuk jangkauan beban dari 25% beban pengenal (rated burden) hingga 100% beban pengenal (rated burden).
  • Kelas metering biasanya diikuti juga dengan parameter FS (Safety Factor). Parameter ini erat kaitannya dengan fungsi trafo pengukuran untuk mampu melindungi peralatan ukur yang terhubung dengannya pada saat terjadi arus lebih.

 

Karakteristik Trafo Arus Untuk Pengukuran.

Trafo arus untuk keperluan pengukuran harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, diantaranya:

  • Tingkat kesalahan di jangkauan arus dan beban kerjanya.

Trafo arus untuk pengukuran harus memiliki tingkat kesalahan yang kecil pada daerah atau jangkauan arus kerjanya (normal operating range) dan juga beban kerjanya (rated burden). Parameter yang terkait dengan kriteria ini adalah rasio pengenal (rated ratio), kelas akurasi (accuracy Class) dan beban pengenal (rated burden).

Gambar1 dibawah ini adalah hubungan antara arus yang mengalir di sisi primer dengan tingkat kesalahan transformasinya.

Gambar1. Hubungan Antara Arus Primer Dengan Kesalahan Transformasi

Gambar1. Hubungan Antara Arus Primer Dengan Kesalahan Transformasi

Dari gambar1 di atas terlihat bahwa tingkat kesalahan akan semakin membesar jika arus primer sebenarnya menjauhi arus primer pengenalnya (rated primary current).

  • Tingkat Tegangan Jenuh atau Saturasi Yang Rendah.

Tingkat tegangan jenuh atau saturasi yang rendah menjadi syarat utama kehandalan dari trafo arus untuk keperluan pengukuran. Dengan rendahnya nilai tegangan jenuh atau saturasi, maka trafo arus akan mampu memberikan tingkat keselamatan tinggi yang lebih baik kepada rangkaian atau komponen yang dihubungkan dengan terminal sekunder dari trafo tersebut, misalnya watt meter atau ampere meter. Tingkat tegangan jenuh atau saturasi dapat diketahui dari parameter faktor keamanan atau safety factor (FS). .

Gambar2 dibawah ini adalah perbandingan tegangan saturasi antara trafo arus untuk pengukuran dan trafo arus untuk proteksi.

Kurva BH

Gambar2. Perbandingan Kurva Saturasi Trafo Arus Untuk Pengukuran Dan Proteksi

Dari gambar2 diatas terlihat bahwa pada trafo arus untuk pengukuran memiliki tegangan saturasi yang lebih rendah dibandingkan trafo arus untuk proteksi.

Memahami Spesifikasi Kelas Ketelitian dari Trafo Arus Untuk Pengukuran.

Dari 2 kriteria yang disebutkan di atas, yaitu tingkat kesalahan dan tingkat tegangan jenuh atau saturasi, maka dapat dirumuskan bahwa terdapat 4 parameter yang perlu diketahui dan saling terkait antara satu parameter dengan parameter lainnya dari sebuah trafo arus untuk pengukuran, yaitu:

  • Rasio Pengenal (Rated Ratio), misal 500/5A

Rasio pengenal adalah perbandingan dari arus primer pengenal dengan sekunder pengenal. Dari parameter tersebut kita bisa mengetahui nilai arus primer pengenal dan arus sekunder pengenal dari trafo arus tersebut. Pada contoh diatas, nilai arus primer pengenalnya adalah 500A dan arus sekunder pengenalnya adalah 5A.

 

  • Kelas akurasi (Accuracy Class), misal: 0.2

Kelas akurasi menunjukan tingkat kesalahan dari trafo arus tersebut dalam mentransformasikan arus primer menjadi arus sekunder. Satuan dari kelas akurasi dalam Persen (%). Pada contoh diatas, kelas akurasi (accuracy Class) adalah 0.2, artinya Trafo arus tersebut memiliki tingkat kesalahan lebih kecil dari 0.2%.

 

 

  • Beban pengenal (Rated Burden), misal: 20VA

Beban pengenal (rated burden) adalah besarnya total impedansi rangkaian sekunder yang mampu ditanggung oleh trafo arus sehingga tidak kehilangan batas-batas maksimal kesalahan yang telah ditetapkan.

Total impedansi rangkaian sekunder yang dimaksud adalah resistansi dari kabel, terminal konektor dan juga alat ukur. Jika digambarkan secara grafis, pengertian dari burden atau beban pada trafo arus ditunjukan pada gambar3 dibawah ini.

Gambar3. Ilustrasi Dari Burden pada Trafo Arus

Gambar3. Ilustrasi Dari Burden pada Trafo Arus

  • Faktor Keamanan (Safety Factor, FS), misal: FS5

Faktor keamanan atau safety factor adalah parameter yang terkait dengan nilai tegangan saturasi. Sebagai contoh, jika sebuah trafo arus untuk pengukuran memiliki spesifikasi FS5, artinya trafo tersebut akan mulai mengalami tegangan jenuh atau saturasi ketika arus yang mengalir disisi primer sebesar 5 kali dari arus pengenalnya.

Referensi:

  • Current Transformer, ALSTOM
  • Standar IEC60044-1 Tentang Trafo Arus, versi terbaru dari standard ini adalah IEC61869-2

Untuk kritik dan saran atau pertanyaan, bisa kirim ke bmseti4wan@gmail.com

Dipublikasi di Seri Belajar Trafo Arus | Tag , , , , , | Meninggalkan komentar

Kurva Magnetisasi Trafo Arus

Pembahasan kita kali ini mengenai kurva magnetisasi, yang lebih dikenal dengan nama kurva B-H. Sebagian besar dari kita kurang menaruh perhatian yang khusus pada kurva magnetisasi ini. Padahal, pemahaman tentang kurva BH akan membantu dalam kita dalam memahami karakteristik dari trafo arus, baik untuk pengukuran maupun proteksi. Karena materi ini sangat mendasar dan penting dalam membantu pemahaman tentang trafo instrumentasi, maka dibuat satu postingan khusus yang membahas tentang kurva magnetisasi.

Kurva Magnetisasi Normal atau Kurva B-H.

Kurva magnetisasi normal atau kurva BH adalah kurva yang menggambarkan karakteristik dari sebuah trafo dengan menunjukan hubungan antara kerapatan medan magnetik (Magnetic Field Density) B dengan Intensitas Medan Magnetik (Magnetic Field Intensity) H. Kurva BH pada dasarnya menunjukan karakteristik dari inti atau core sebuah trafo. Gambar 1 adalah contoh dari kurva magnetisasi normal.

Gambar1. Kurva Magnetisasi Normal atau Kurva BH

Gambar1. Kurva Magnetisasi Normal atau Kurva BH

Source gambar : http://www.electronics-tutorials.ws

Dari gambar diatas terlihat karakter kurva magnetisasi yang berbeda-beda dari material baja, besi dan udara. Sumbu vertikal mewakili parameter kerapatan medan magnetik (magnetic field density) B dan sumbu horisontal mewakili parameter intensitas atau kuat medan magnetik (Magnetic Field Intensity/Strength) H.

Dari gambar diatas terlihat jelas hubungan antara intensitas atau kuat medan magnetik H dengan kerapatan medan magnetik (magnetic field density) B suatu material. Semakin besar intensitas medan magnetik (Magnetic Field Intensity) H, maka kerapatan medan magnetik semakin besar hingga tercapainya kondisi jenuh.

Kondisi jenuh atau saturasi adalah kondisi dimana kenaikan intensitas medan magnetik H tidak akan membuat kenaikan kerapatan medan magnetik B.

Hubungan Arus dan Intensitas Medan Magnetik

Hubungan antara arus dan intensitas medan magnetik ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Hubungan Arus Dan Intensitas Medan Magnetik H

Hubungan Arus Dan Intensitas Medan Magnetik H

Sumber gambar : http://www.electronics-tutorials.ws

I adalah Arus dalam Ampere

N adalah jumlah lilitan

L adalah panjang garis magnetik (Magnetic path link, MPL) dalam meter.

N * I adalah magneto motive force, yaitu gaya yang membangkitkan medan magnetik disekitar penghantar.

H adalah intensitas medan magnetik dalam Ampere-Turn/M atau biasa disingkat Ampere/meter.

Untuk penghantar lurus, nilai N adalah 1, sehingga intensitas medan magnetik disekitar penghantar pada jarak r adalah H = I / ( 2 * Phi * r)

Hubungan Tegangan  dan Kerapatan Medan Magnetik

Hubungan antara tegangan induksi dan kerapatan medan magnetik ditunjukan pada persamaan dibawah ini:

Hubungan Teganga Induksi dan Kerapatan Medan Magnetik B

Hubungan Teganga Induksi dan Kerapatan Medan Magnetik B

Dimana

Eind adalah tegangan induksi yang muncul akibat flux magnetik dalalm core

Bmax adalah kerapatan medan magnetik tertinggi

A adalah luas dari inti atau core

F adalah frekuensi.

Jika kita kaitkan hubungan antara arus dengan intensitas medan magnetik  H tegangan induksi dengan kerapatan medan magnetik B, maka kurva magnetisasi pada dasarnya adalah hubungan antara arus eksitasi dengan tegangan induksi seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Hubungan kurva BH dengan Tegangan dan Arus

Hubungan kurva BH dengan Tegangan dan Arus

Demikian pemaparan tentang kurva magnetisasi dan kaitannya dengan arus dan tegangan induksi.

Bila ada yang salah, mohon koreksinya bisa disampaikan ke penulis dengan alamat email bmseti4wan@gmail.com

Semoga bisa bermanfaat dan menambah pemahaman kita tentang kurva magnetisasi.

Anda diperkenankan untuk membagikan atau mengutip sebagian atau seluruh dari materi yang ada di postingan ini dengan tetap menuliskan sumbernya.

Penulis.

“Orang yang mengajar kebaikan kepada manusia, segala sesuatu(ikan di laut) memohonkan ampunan untuknya. (H.R. Ibnu Abbas)”

Dipublikasi di Seri Belajar Trafo Arus | Tag , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Prinsip Kerja Trafo Arus atau Current Transformer

Block CT In Door Type

Pada pembahasan sebelumnya, disampaikan bahwa trafo arus atau transformator arus bertujuan untuk mengkonversi arus primer yang memiliki nilai arus yang besar, biasanya kisaran puluhan hingga ribuan ampere, menjadi arus sekunder yang memilik inilai rendah sebesar 1A atau 5A, tergantung dari aplikasi yang dibutuhkan.

Karena bertujuan untuk mengkonversikan arus, maka pada kedua sisi trafo arus tersebut harus terbentuk rangkaian tertutup sehingga dimungkinkan mengalirnya arus pada rangkaian tersebut. Dengan kata lain, pada sisi primer trafo arus harus di pasang seri dengan beban dan pada sisi sekunder trafo arus harus diterkoneksi pada beban peralatan ukur atau peralatan proteksi.

Gambar dibawah ini adalah ilustrasi atau contoh sederhana dari penggunaan trafo arus dalam sistem distribusi tenaga listrik. Trafo arus dipasang diantara beban dan sumber. Trafo arus dipasang pada Perangkat Hubung bagi tegangan menengah (PHB TM)atau perangkat hubung bagi tegangan rendah (PHB TR) sebelum arus di distribusikan ke masing-masing beban.

Gambar1. Lokasi Peletakan CT pada sistem distribusi jaringan listrik

Gambar1. Lokasi Peletakan CT pada sistem distribusi jaringan listrik

Prinsip kerja trafo arus.

Arus yang mengalir pada sistem distribusi tegangan menegah ataupun tegangan rendah berkisar ratusan hingga ribuan ampere. Oleh karena itu, belitan primer dari trafo arus terbuat dari batangan tembaga dengan dimensi yang relative besar agar mampu menahan arus yang mengalir secara terus-menerus disisi primer ataupun arus sesaat ketika terjadi kegagalan sistem. Karena belitan primer terbuat dari batang tembaga yang dimensinya cukup besar, maka impedansi disisi primer bisa dianggap tidak ada karena terlalu kecil dibandingkan impedansi sistem.

Gambar2 dibawah ini adalah contoh sederhana dari trafo arus yang menggunakan batang tembaga lilitan tunggal sebagai belitan primer.

Gambar2. Trafo arus dengan batang tembaga tunggal disisi primer.

Gambar2. Trafo arus dengan batang tembaga tunggal disisi primer.

Prinsip kerja dari trafo adalah sebagai berikut:

  • Pada saat arus primer Ip mengalir pada lilitan primer, maka akan muncul medan magnet disekeliling lilitan primer tersebut.
  • Medan magnet tersebut akan terkumpul lebih banyak pada inti atau core. Medan magnet yang berputar di dalam inti atau core menghasilkan perubahan flux primer dan memotong lilitan sekunder sehingga menginduksikan tegangan pada lilitan sekunder sesuai hukum faraday.
  • Karena lilitan sekunder membentuk loop tertutup, maka akan mengalir arus sekunder Is yang akan membangkitkan medan magnet untuk melawan flux magnet yang dihasilkan oleh belitan primer sesuai hukum lenz.

Gambar3 dibawah ini adalah model diagram listrik dari trafo arus.

Gambar4. Model diagram listrik Trafo Arus

Gambar3. Model diagram listrik Trafo Arus

Dimana:

N1 dan N2 adalah jumlah lilitan primer.

Zm adalah impedansi untuk magnetisasi.

Es adalah tegangan induksi pada sisi sekunder.

JX1 dan JX2 adalah reaktansi bocor dikedua sisi dari trafo. Karena nilainya kecil, maka bisa kita hilangkan dalam perhitungan. Karena impedansi primer dan reaktansi bocor bisa diabaikan, maka model diagram listrik dari trafo arus yang lebih sederhana ditunjukan pada gambar4.

Gambar4. Model diagram listrik sederhana dari trafo arus.

Gambar4. Model diagram listrik sederhana dari trafo arus.

Dari gambar4 diatas terlihat bahwa arus sekunder Is yang mengalir pada burden atau beban mengalami perubahan karena adanya arus eksitasi yang diperlukan untuk menjamin terlaksananya proses transformasi.

Rasio Kesalahan Arus.

Dari gambaran diatas, terlihat bahwa tidak semua arus primer akan terduplikasi disisi kumparan sekunder. Akan dibutuhkan suatu arus eksitasi  Im agar proses reproduksi arus sekunder dapat terjadi. Dengan demikian, apabila arus eksitasi Im atau Ie kita masukan dalam formulasi, besarnya arus sekunder menjadi:

Gbr5. Arus Eksitasi pada Inti

Gbr5. Arus Eksitasi pada Inti

Dimana Ie adalah arus eksitasi yang dibutuhkan agar proses reproduksi arus sekunder dapat terjadi.  Karena Arus eksitasi tidak dapat diabaikan, maka proses reproduksi arus sekunder akan mengalami kesalahan dan biasa disebut sebagai kesalahan transformasi ( transformation error). Selain daripada itu, akan terjadi juga pergeseran fasa. Kesalahan pada fasa biasa disebut sebagai pergeseran fasa.

Perhitungan Kesalahan Arus (Current Error/ Ratio Error).

Standar IEC 60044-1 telah mendefinisikan secara khusus tentang hal tersebut diatas, yaitu:

Kesalahan arus atau kesalahan perbandingan adalah kesalahan yang ditimbulkan oleh transformer dalam melakukan pengukuran disebabkan karena adanya kenyataan bahwa aktual perbandingan transformasi adalah tidak sama dengan perbandingan transformasi pengenal (Rated Transformation Ratio).

Kesalahan Arus (Current Error) atau kesalahan perbandingan (Ratio Error) diekspresikan dalam persen (%) dan diformulasikan dengan persamaan sebagai berikut:

Kesalahan Arus atau Kesalahan Perbandingan

Dimana:

Kn adalah Perbandingan transformasi pengenal (Rated Transformation Ratio).
Ip adalah arus primer actual/sebenarnya (Actual Primary Current).
Is adalah arus sekunder actual/sebenarnya (Actual Secondary Current) pada saat Ip mengalir disisi primer dan kondisi pengukuran terjadi.

Ilustrasi sederhana dari penggunaan formulasi diatas adalah sebagai berikut:

Contoh1:

Sebuah trafo arus dengan ratio 2000/5, memiliki tingkat kesalahan transformasi atau ratio error sebesar 0.5%. Jika pada trafo tersebut mengalir arus primer sebesar 1900A, berapakah arus sekunder sebenarnya yang akan mengalir pada sisi kumparan sekunder?

Penyelesaian:

Diketahui bahwa error ratio adalah 0.5%, rated ratio adalah 2000/5 dan arus primer sebenarnya yang mengalir adalah 1950. Maka besarnya arus sekunder adalah:

(0.5 * 1950) = ((2000/5 * Is) – 1950) * 100

975 /100 = 400 * Is – 1950

9,75 + 1950 = 400Is

Is = 1957,75/400

Is = 4,8994A.

Dengan demikian, besarnya arus sekunder yang mengalir adalah 4,8994A ketika mengalir arus di sisi primer sebesar 1950A.

Contoh2:

Sebuah trafo arus dengan pengenal ratio 2000/5A, mengalir arus sebesar 2005A dibelitan primer. Disaat yang bersamaan, dilakukan pengukuran pada arus sekunder, dan hasilnya tercatat 4,955Ampere. Hitungkan tingkat kesahan yang dibagikan.

Penyelesaian:

diketahui Kn= 2000/4 = 400

Ip actual = 2005A

Is actual = 4.955A

maka besarnya tingkat kesalahan dari trafo tersebut adalah:

X% = ((kn * Is) – Ip) * 100 / Ip

X% = ((2000/5 * 4.955)-2005)*100/2005

X% = (1982-2005)*0.049

X% = -1.15

Sumber Referensi:

  • Basic of Current and Voltage Transformer, Siemens AG
  • Current Transformers, ALSTOM
  • Instrument Transformers, Technical Information and Application Guide, ABB.
  • Standar Internasional tentang trafo arus, IEC60044-1

Kritik dan saran bisa disampaikan pada bmseti4wan@gmail.com.

Terima kasih .

Penulis…..

Dipublikasi di Seri Belajar Trafo Arus | Tag , , , , , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Kenapa penutup jendela harus terbuka saat mendarat atau lepas landas ?

Sebaiknya anda tahu…mengapa kita harus membuka penutup jendela pesawat saat lepas landas atau mendarat.

Membuka penutup jendela dimaksudkan untuk menyiapkan pada situasi darurat.
Pada saat kondisi darurat, awak kabin harus mengevakuasi penumpang dalam waktu kurang dari 90 detik. Dengan waktu 90 detik, jendela tidak boleh terhalang oleh penutup jendela karena situasi diluar pesawat harus dipastikan aman terlebih dahulu.
Tanpa penglihatan yang jelas dari dalam kabin, awak kabin tidak bisa memastikan kondisi diluar pesawat saat darurat dikarenakan awak kabin harus mampu mengarahkan penumpang ke pintu keluar.
Yuk patuhi seluruh aturan keselamatan yang disampaikan awak kabin untuk keamanan kita semua.

Pesan ini dikutip dari citilink. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Dipublikasi di serba-serbi | Meninggalkan komentar

Pengenalan Trafo Arus (Current Transformer).

Pengenalan Trafo Arus (Current Transformer).

Trafo arus atau transformer arus adalah trafo yang digunakan untuk mengkonversikan arus besar yang mengalir di sisi belitan primer menjadi arus sekunder yang lebih kecil. Pada penerapan tegangan menengah di atas 1000V hingga 36.000 Volt, arus yang mengalir di sisi primer berkisar dari puluhan ampere hingga ribuan ampere. Arus yang sangat besar tersebut perlu di konversi menjadi arus yang lebih kecil.

Untuk memperkecil arus yang sangat besar di sisi primer menjadi arus yang lebih kecil disisi sekunder, maka digunakanlah suatu peralatan listrik yang disebut trafo arus. Arus yang mengalir di sisi sekunder biasanya antara 1 Ampere, 2 Ampere atau 5 Ampere, tergantung pada kebutuhan aplikasinya.

Tujuan Penggunaan Trafo Arus.

Terdapat beberapa alasan penggunaan trafo arus pada sistem penyaluran listrik, diantaranya yaitu:

Faktor Keselamatan Alat dan Mahluk hidup disekitarnya.

Pada sistem penyaluran listrik dari pembangkit hingga pengguna, terdapat beberapa tingkat tegangan, yaitu:

  • 500kV pada jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (TET) atau 70~150kV pada jaringan transmisi tegangan tinggi (TT).
  • Diturunkan menjadi 70kV hingga 20kV pada jaringan distribusi.
  • Akhirnya di konversi menjadi tegangan rendah di bawah 1000Volt.

Ke semua tingkat tegangan tersebut sangat berbahaya bagi mahluk hidup yang ada di sekitarnya, apalagi manusia yang secara langsung berhubungan langsung dengan tegangan tersebut.

Untuk memberikan faktor keamanan dan keselamatan yang lebih baik bagi mahluk hidup dan peralatan di sekitarnya, maka di gunakanlah trafo arus yang memiliki tingkat isolasi yang tinggi.

Tingkat isolasi tersebut berguna untuk mengisolasi atau memisahkan tegangan tinggi dari kemungkinan terkena kontak langsung dengan peralatan elektronik tegangan rendah atau mahluk hidup di sekitarnya. Gambar1 menunjukan bagaimana trafo arus memisahkan tegangan tinggi dengan tegangan rendah.

Gambar1. Trafo Arus Pada Tegangan Tinggi

Gambar1. Trafo Arus Pada Tegangan Tinggi 20kV

Faktor Ekonomi.

Selain memiliki tingkat tegangan yang tinggi selama proses penyaluran tenaga listrik, arus listrik yang mengalir sepanjang jaringan distribusi memiliki besaran arus yang sangat besar, yaitu di kisaran ratusan ampere, tergantung dari besarnya daya yang di salurkan oleh pembangkit. Arus yang sangat besar tersebut sangat tidak mungkin dilakukan pengukuran langsung. Di perlukan peralatan yang sangat mahal untuk mampu melakukan pengukuran secara langsung.

Untuk memudahkan dalam pembuatan dan menurunkan biaya pembuatan alat ukur atau proteksi, maka arus yang sangat besar tersebut perlu diturunkan nilainya menjadi arus yang cukup kecil sehingga bisa di buat dengan mudah dan murah. Untuk menurunkan besarnya arus tersebut, maka di gunakan trafo arus.

Gambar2. Trafo Arus digunakan Menurunkan Arus

Gambar2. Trafo Arus digunakan Menurunkan Arus Pada Jaringan Distribusi Sekunder 400V

Faktor Standarisasi.

Untuk lebih memberikan nilai ekonomis, maka trafo arus yang digunakan pada sistem distribusi atau pelayanan ke pelanggan umum menggunakan arus keluaran yang sama, biasanya 1 ampere atau 5 ampere.

Dengan spesifikasi yang jelas dan terbatas, maka akan lebih mudah dan murah dalam membuat alat ukur maupun alat proteksi. Alat ukur arus maupun alat proteksi hanya perlu menyediakan beberapa spesifikasi saja, misalnya alat ukur untuk 1A dan 5A.

Gambar3. Dibawah ini adalah contoh dari trafo arus tegangan menengah (20kV) dan trafo arus tegangan rendah (400V) dengan ratio 300/5A.

CT Blok Tegangan Menengah

CT Blok Tegangan Menengah

Trafo arus atau transformer arus tegangan rendah

Referensi:

Materi diatas diringkas dari berbagai sumber, diantaranya adalah:

  • ABB Instrumentation transformer, The application guide.
  • Sistem Distribusi Tenaga Listrik.

Dipersiapkan dan di intisarikan oleh Bambang MS.

Sumber Foto:

Sumber foto merupakan contoh produk dari trafo arus tegangan menengah dan tegangan rendah yang di produksi oleh PT Esitas Pacifik.

Kritik/Saran:

Kritik dan saran perbaikan dapat dikirimkan ke bmseti4wan@gmail.com

Semoga bermanfaat…

Dipublikasi di Seri Belajar Trafo Arus | Tag , , , | Meninggalkan komentar